بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Setelah ujian semester genap ini, kami sekumpulan mahasiswa Teknik Geodesi UGM bernazar untuk berkunjung ke kota dengan semboyanya Sepirit of Java. Kami berangkat dengan mengendarai delapan sepeda motor dari Yogyakarta. Jumlah anggota dalam rombongan yaitu 14 orang dimana tiga diantara kami adalah perempuan, maklum kami anak teknik jadi jarang perempuanya. Perjalan kami berawal dari sebuah cerita tentang adanya mitos yang ada di sebuah candi di daerah Karanganyar. Mitos tersebut seakan-akan menarik kami untuk menguaknya lebih dalam. Mitos yang berkembang di masyarakat yaitu tentang adanya pengujian keperawanan. Adapun candi yang kami maksud adalah Candi Sukuh.
Candi Sukuh terletak di lereng Gunung Lawu yakni di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta. Tempatnaya memang cukup ekstrim di lereng gunung. Hal ini sesuai dengan aturan atau syarat keagaman tertentu dalam mendirikan sebuah candi. Selain tempat yang tinggi, dalam membangun candi juga diperlukan tanah yang lapang dan mantab, bebas dari hiruk pikuk manusia. Sehingga ketenangan jiwa pastilah akan mudah didapat dengan berkunjung ke candi atau tempat ritual agama tertentu.
Candi Sukuh bisa dikatakn memiliki struktur bangunan yang unik karena bentuknya yang menyerupai bangunan piramida bangsa Maya. Selain itu terdapat gapura yang mirip dengan pylon sejenis gapura masuk ke piramida di Mesir. Dari sini pula pakar sejarah purbakala sering menghubungkan keberadaan gapura teras pertama Candi Sukuh dengan seni arsitektur Mesir dan Meksiko, dengan menganalogkan fisik keduanya. Candi Sukuh dibangun dengan arah yang tidak seperti candi-candi lain di Jawa Tengah. Candi yang satu ini cenderung seperti kebanyakan candi yang ada di Jawa Timur yakni menghadap Barat. Jadi untuk memasuki candi Sukuh, orang menuju ke arah Timur, tempat Matahari terbit. Padahal Matahari dipuja sejak jaman prehistori. Dengan begitu ada pengaruh asli dalam pembuatan candi Sukuh, berbeda dengan candi lainnya di Jawa Tengah yang banyak dipengaruhi India.Menurut promosi Dinas Pariwisata Karanganyar, candi yang dibangun masyarakat Hindu Tantrayana tahun 1437 itu selain merupakan candi berusia paling muda di Indonesia juga dinobatkan sebagai candi paling erotis.
Beberapa ratus tahun silam situs Candi Sukuh ternyata pernah hilang dan kemudian ditemukan kembali pada masa pemerintahan Inggris di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson pada saat itu diberi amanat oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Kemudian setelah masa pemerintahan Inggris berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang berwarganegara Belanda melakukan penelitian. Lalu pada tahun 1928, pemugaran baru bisa dimulai.
Menurut beberapa ahli, candi ini dibuat bukan oleh pemahat terampil dari kalangan brahmana ataupun kesatria. Hal ini dapat terlihat dari bentuk relief yang kasar dan tidak beraturan. Arah candi yang cenderung ke barat disebabkan karena candi tersebut dibangun oleh orang-orang pelarian Majapahit yang keberadaanya semakin terdesak oleh pasukan Isalam dari Kerajaan Demak. Candi ini juga terkesan tidak simetris. Diperkiran dibuat dengan waktu yang cukup singkat. Batu-batu penyusun dari Candi Sukuh adalah jenis batu andesit. Hal ini terlihat dari warnanya yang sedikit kemerah-merahan.
Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.
Lalu ada pula bangunan berelief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kira dan kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begitu jelas.
Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala. Patung ini oleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab seringkali diberi sesajian.
Dalam perjalanan sebenarnya kami memiliki pengalaman yang agak pahit, ini juga berkaitan dengan negara tetangga kita. Setibanya di Candi Sukuh, kami bertemu dengan rombongan keluarga dari negri jiran Malaysia. Anak laki-laki dari keluarga tersebut naik ke atas candi untu mengambil gambar yang kemudian disusul dengan kami. Tentu saja tempat di atas menjadi lebih sempit sehingga jika nanti gambar diambil pasti kami semua juga akan termuat dalam foto. Tiba si ibu dari anak tersebut berkata ke pada anak laki-laki yang bersama kami “Geser seikek nak, bergumul sama rombongan anak TKW”. Mendengar perkataan itu kami semua geram dan akhirnya membubarkan diri satu persatu. Beberapa diantara kami ada yang mengumpat balik. Namun, kami sadar ini tempat suci yang artinya tidak baik untuk berkata kotor. Selang beberapa waktu rombongan keluarga tersebut mengambil langkah seribu dengan sangat tergesa-gesa. Hal itu terlihat ada beberapa barang yang tertinggal di daerah candi.
Mungkin itu cerita yang dapat saya berikan kepada pembaca yang budiman. Walaupun tulisan saya jauh dari kata sempurna toh yang penting saya sudah mencobanya karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Saya pribadi berpesan kita sebagai generasi muda sudah berkwajiaban untuk menjaga warisan nenek moyang kita dengan sekuat tenaga walaupun mengorbankan jiwa dan raga.
Thanks for all
0 comments:
Posting Komentar