About

Jumat, 13 Januari 2012

Aku Tidak Ingin Menjadi Pahlawan


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Banyak lulusan bergelar pahlawan berhasil dilulusakan di negera tercinta ini. Mulai dari pahlawan pergerakan nasional sampai pahlawan revolusi. Kalau kita hitung jumlahnya mungkin bisa ribuan orang Indonesia telah memiliki gelar pahlawan. Namun, ada satu pertanyaan besar yang mungkin selalu ada di benak kita. Sebenarnya bagaimana kriteria seseorang bisa dikatakan pahlawan ? Apakah dia harus ikut beperang melawan penjajah pada zaman penjajahan baru bisa dikatakan pahlawan. Jika memang demikian, kita tidak akan ada lagi harapan untuk menjadi seorang pahlawan karena negara kita sudah merdeka.
Indonesia juga merupakan negara yang sangat perhatian kepada pahlwannya. Sampai-sampai tanggal kelahiran seorang pahlawan wanita diabadikan sebagai hari besar nasional. Contohnya saja hari Kartini yang selalu kita peringati setiap tanggal 21 April. Itu semua dilakukan demi alasan untuk menghormati jasa pahlawan. Namun, kenapa yang diperingati hanya hari Kartini. Apakah ini nantinya tidak muncul kecemburuan sosial diantara pahlawan-pahlawan lainya. Mungkin, jika beliau-beliau masih hidup pasti akan melakukan aksi demonstrasi bersama di bundaran HI. Menuntut adanya keadilan kepada pemerintah. Selain itu, pemerintah juga terkesan berlebihan menetapkan hari Kartini. Apakah Alm R. A. Kartini sangat memberi andil besar terhadap pergerakan nasional. Jika kita lihat dari sejarahnya, R. A. Kartini hanyalah senang berkirim surat dengan dengan temanya yang ada di luar negeri. Tidak terdapat fakta yang jelas mengenai sepak terjang R.A. Kartini melawan penjajahan Belanda seperti umumnya pahlawan yang kita kenal. Tidak pernah terlihat dalam tulisan dan pemikirannya adanya keinginan R.A. Kartini untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, apalagi mengangkat senjata sebagaimana Pahlawan Wanita lainnya seperti Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Emmy Saelan atau Christina Martha Tiahahu yang tidak hanya berfikir tetapi langkah gerak mereka lebih progresif melakukan perlawan terhadap penjajah.
Jika kita berani jujur kepada sejarah negara kita tercinta ini, sebanrnya banyak sekali konspirasi yang ada didalamnya. Baik yang dilakukan oleh orang-orang dulu ataupun orang-orang sekarang. Diantaranya

1. Peristiwa Perumusan Pancasila
Salah satu pahlawan nasional yang ikut merumuskan Pancasila adalah Muh. Yamin. Beliau adalah seorang sekretasi yang sangat cerdas dalam menerjemahkan kata. Sehingga untuk berbahasa Indonesia yang baik bisa dikatakan beliau nomer satu. Namun, ada yang janggal pada peristiwa perumusan tersebut. Jika kita lihat tayangan ulang sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, beliau tidak pernah yang namanya menyapaikan rumusan dasar negara sebagaimana yang sering kita lihat pada buku-buku pelajaran saati ini. Bahkan bukti otentik yaitu berupa notulen pada waktu siding juga tidak menyebutkan rumusan dasar negara yang disampaikan oleh Muh. Yamin. Kabar terakhir menjelaskan bahwa beliau ternyata memang sengaja menyelipkan dasar negara hasil rumusanya bukan pada sidang BPUPKI tetapi pada buku teks pelajaran sejarah untuk kepentingan pendidikan. Hal itu didukung oleh jabatan Muh. Yamin pada saat itu sebagai menteri pendidikan.

2. Peristiwa G30 S PKI
Siapa yang tidak tahu dengan peristiwa G30 S PKI. Saya yakin semua orang Indonesia pasti minimal pernah mendengar peristiwa tersebut. Banyak sekali bukti-bukti yang menunjukkan tentang adanya kegiatan konspirasi besar-besaran, baik itu yang dilakukan oleh PKI, Pemerintah, dan Angkatan Bersenjata. Bahkan sampai saat ini belum bisa terpecahkan sebenarnya siapa yang seharusnya bertanggungjawab terhadap peristiwa tersebut. Salah satu solusinya yaitu kita harus benar-benar obyektif dalam mempelajari dan menelaah peristiwa bedarah tersebut.

3. Peristiwa Supersemar
Supersemar adalah surat pemberian wewenang/ mendat kekuasaan dari Presiden Sukarno kepada Mayor Jendral Suharto untuk mengembalikan kondisi keaman dan kestabilan NKRI. Melaului surat tersebut, Suharto memiliki kekuatan untuk melakukan tindakan apa saja untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapai NKRI. Langkah strategis yang pertama beliau lakukan adalah menetapkan PKI sebagai organisasi terlarang. Akibat adanya mandate tersebut, terjadi pembantaian masal sebagai wujud kebencia rakyat Indonesia pada PKI. Para simpatisan PKI pun kelabakan menghadapi serangan yang bertubi-tubi. Bahkan majalah Times pada saat itu melaporkan bahwa bendungan di Sungat Brantas tersumbat akibat adanya ribuan mayat. Sungguh ironis memang.
Mungkin itu hanya segelintir peristiwa yang samapai saat ini masih menjadi misteri yang tidak terpecahkan.
Walaupun di Indonesia sudah terbebas dengan yang namanya penjajahan. Tidak menutup kemungkinan kita untuk menjadi seseorang pahlawan. Di negara kita dikenal beberapa jenis pahlawan selain pahlawan yang sudah saya jelaskan di atas tadi yaitu pahlawan tanpa tanda jasa dan pahlawan devisa negara. Nama-nama pahlawan tersebut sepertinya tidak asing di teling kita. Namun, kadang justru nama-nama tersebut terkesan berlawanan dengan fakta yang ada.
Misalnya saja untuk pahlawan tanpa tanda jasa. Secara etimologi pahlawan tanpa tanda jasa adalah seseorang yang berjuang dengan keterbatasan tanpa mengaharapkan imbalan. Jika saya melihat kondisi guru waktu saya SD mungkin demikian. Namun, sekarang justru PNS Guru sebagai ajang kecemburuan social dikalangan PNS yang lain. Salah satu penyebabnya yaitu adanya program sertifikasi yang dilakukan pemerintah. Melalui program tersebut seorang guru yang sudah mendapat sertifikasi berhak mendapatkan tunjangan sebagai tambahan penghasilan yang besarnya ditetapkan oleh pemerintah setempat. Namun, apakah besarnya tunjangan tersebut sebanding dengan kinerja yang dilakukan oleh pahlawan tanpa tanda jasa. Untuk contoh kongkritnya mungkin saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar disini, saya yakin Anda semua bisa melihat fakta di lapangan.
Sebenarnya pemerintah sudah memiliki tujuan yang sangat positif mengenai adanya program sertifikasi yaitu menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru, serta meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Namun, tujuan tersebut tidak akan tercapai apabila PNS guru tidak mau kembali kedefinis awal mereka sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Kita juga seharusnya bangga sekaligus prihatin dengan kondisi pahlawan devisa negara kita. Kondisi mereka sungguh-sungguh menyedihkan. Setiap kita lihat beita di TV tentang mereka pasti yang muncul bukan prestasi yang mereka raih tetapi tentang bagaimana penderitaan mereka di negeri tetangga. Sungguh naas memang. Pemerintah juga terkesan kurang serius menanggapi masalah mereka, bahkan menurut saya saking kurang seriusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan preventif yang sangat menggelikan. Masih ingat kah Anda dengan adanya pemeberian HP untuk para TKI? Apakah menurut Anda dengan adanya HP tersebut menjamin keselamatan TKI di negeri tetangga? Tentu saja tidak! Bahkan seolah-olah kebijakan pemeberian HP tersebut sesuatu yang aneh ditelinga saya.
Banyak sekali TKI kita yang mendapat hukuman pancung di negeri Saudi Arabia. Contohnya saja kasus Ruyati yang gugur ditangan algojo Arab Saudi. Ruyati dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap majikanya. Sekarang kita berpikir secara nalar dengan hati yang tenang. Kira-kira hukuman tersebut pantas atau tidak diberikan kepada Ruyati? Sebagai manusia hukum saya rasa hukuman tersebut pantas diberikan kepada Ruyati sesuai dengan perbuatanya. Mungkin Anda sangat keberatan dengan pernytaan saya. Tapi, apakah di negara kita membunuh orang lain itu sesuatu yang legal? Tentu saja tidak! Begitu juga dengan system hukum di Arab Saudi yang tidak pandang bulu sesuai dengan syariat Islam. Namun, jika dilihat dari pandangan manusia sosial hukuman tersebut memang tidak manusiawi. Seharusnya hukuman tersebut dapat dibatlakan apabila pihak keluarga korban berkenan memaafkan perbuatan Rukyati. Pelaksanaanya memang sangat susah. Pelu adanya diplomasi yang baik antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Arab Saudi. Jadi jika terdapat kasus demikian kita jangan kebakaran jenggot terlebih dahulu, tetapi harus kita telaah secara lebih lanjut tentang kasus yang terjadi.
Harapan saya pada momentum hari pahlawan ini kita semua dapat berpikir jernih menyikapi semua persoalan yang ada. Janganlah kita menjadi bangsa yang sensi terhadap segala permasalahan yang ada, tetapi harus kita cermati dan telaah dengan baik-baik. Jangan setiap masalah kita salahkan kepada pemerintah. Selain itu saya mengajak kepada Anda semua untuk kembali merenungkan apa saja yang sudah kita lakuakn untuk negara kita tercinta ini. Masihkah Anda punya keinginan untuk menjadi Pahlawan di Indonesia?

4 comments:

  1. kasian bgt ngomen posting sendiri, haha

    BalasHapus
  2. @qikioo
    kemarin cuma lagi ngetes emote kaskusnya bisa masuk nggak? eh ternyata udah nggak bisa lagi. salah script kayaknya...

    BalasHapus

 

Copyright © KASURUSAK Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger